Upacara 17 Agustus Terakhir Sebagai Abdi Negara

UPACARA 17 AGUSTUS TERAKHIR SEBAGAI ABDI NEGARA

UPACARA 17 AGUSTUS TERAKHIR SEBAGAI ABDI NEGARA

Cilongok, 17 Agustus 2025

Hari ini, 17 Agustus 2025, tepat pada HUT RI ke-80, menjadi hari terakhir saya mengikuti upacara kenaikan bendera dalam rangka peringatan HUT RI di SMP Negeri 1 Cilongok. Ada yang berbeda dan istimewa, karena untuk pertama kalinya dalam sejarah Kecamatan Cilongok, instruktur upacara dipimpin oleh seorang perempuan. Hal ini menjadikan kegiatan dan tempat upacara pun berbeda dari biasanya. Tahun ini, upacara diadakan di Lapangan Pernasidi yang kondisinya becek, panas, tanpa iringan drumband, serta tanpa karnaval dari sekolah dan desa yang biasanya ikut meramaikan. Semua itu dilakukan dengan alasan efisiensi anggaran.

Yang membuat hari ini semakin berkesan bagi saya, juga bagi Bu Listia, Pak Suwanto, dan Pak Rusdi, adalah momen ketika setelah upacara kami masing-masing diberi pucuk tumpeng oleh Kepala SMP Negeri 1 Cilongok, Bapak Trisnatun, M.Pd.

Acara tasyakuran kemudian dilanjutkan di Masjid Saka Wolulikur. Kami duduk melingkar, mendengarkan penjelasan Bapak Kepala Sekolah mengenai makna tumpeng beserta lauk-pauknya. Setelah itu kami makan bersama, dalam suasana penuh kebersamaan dan syukur. Ini adalah kenangan yang sangat langka, yang akan selalu teringat sepanjang hidup saya. Bahkan, baru kali ini peringatan HUT RI ditutup dengan tasyakuran di masjid—suatu hal yang memberi makna lebih dalam.

Menengok kembali perjalanan 30 tahun saya di SMP Negeri 1 Cilongok, tentu banyak suka, duka, tawa, dan cerita yang telah saya rasakan. Namun, hari ini terasa semakin berat ketika melihat kenyataan di lapangan. Sebagai wali kelas, saya mendapati setiap hari ada saja anak yang tidak masuk sekolah dengan berbagai alasan: sakit, pusing, diare, masuk angin, bahkan tanpa keterangan. Ada pula orang tua yang mengeluh jika anaknya pulang sekolah lupa memberi kabar di grup, seakan anak SMP sama lemahnya dengan anak TK atau PAUD.

Ironisnya, pada upacara HUT RI hari ini, dari kelas 8 hanya 15 anak yang hadir: 9 perempuan dan 6 laki-laki. Jumlah itu sangat menyedihkan. Saya pun mendampingi mereka berjalan kaki berangkat hingga kembali ke sekolah. Alhamdulillah, akhirnya kami sampai dengan selamat hingga finis.

Meski penuh rasa haru, saya tetap bersyukur. Semua perjalanan ini adalah bagian dari pengabdian saya sebagai abdi negara.

Dakiroh, S.Ag
SMP Negeri 1 Cilongok

Tuliskan Komentar Anda